Berdamai Dengan Virus Covid-19


Berdamai dengan Covid?
Oleh: Bang Willy 

Kata berdamai, akhir- akhir menjadi sebuah istilah yg kotraproduktif krn disandingkan dengan situasi pandemi. Banyak yg kemudian mempertanyakan, virus kok diajak damai? Apakah memang integritas kita sebagai manusia kalah bersaing dengan jasad renik ini? Jika berpikir kalah atau menang, terkesan kita terlempar dlm situasi perang. Ya, itu terbukti! Sejak awal wabah, istilah ini yg muncul: perang, lawan, fight, dst. Siapa yg kita perangi? Sejalan waktu, kita merasa bahwa yg kita perangi tidak kelihatan, namun menakutkan dan menghancurkan semua sektor kehidupan. Kesannya, kita kemudian memilih menyerah dan berdamai. 

Menyerah dan berdamai tidak bgt sj diterjemahkan secara harafiah. Menyerah bukan berarti kalah. Berdamai bukan berarti melupakan. Kata menyerah perlu ditafsirkan kembali secara baru, yaitu kerelaan utk menerima (acceptance) ketidaknormalan sebagai sebuah kenormalan baru. Sebuah kemungkinan pola rutinitas yg selama ini dianggap tidak mungkin menjadi sangat mungkin sebagai habitus baru.  Pandemi pada akhirnya bukan lagi dihadapi dengan mengutuk atau bahkan nyinyir melainkan sebuah disiplin baru. 

Kata berdamai dalam situasi pandemi saat ini harus diyakini sebagai salah satu pilihan produktif baik secara konseptual maupun praksis. Artinya, pandemi tidak serta merta merampas semua kerangka emosi yang kita miliki. Kita harus cerdas untuk melatih diri menginterpretasi setiap emosi dan opini. Konsekuensinya, pandemi covid-19 mungkin diterima sebagai sebuah fakta irasional di hadapan emosi yg hrs disikapi secara rasional.

Sepenggal kalimat Zizek ini mungkin bisa menyadarkan kita, "tak peduli seberapa hebat bangunan spiritual yg kita bangun, ...virus dapat mengakhiri semuanya...secara tak sadar kita berkontribusi pada kiamat...." Salah satu fakta yg sungguh memalukan adalah mereka yg secara terbuka meremehkan epidemi sambil melindungi diri dengan segala atribut demi euforia dangkal menyambut sebuah perayaan. 

Menyerah dan berdamai sungguh bisa diwujudkan dengan solidaritas dan kooperasi. Bukan menyangkal supremasi tubuh (baca: kesehatan) dengan apapun yg Anda gunakan utuk menutupi tubuh itu sendiri. Apa yg menutupi tubuh Anda tidak jauh lbh penting dari tubuh itu sendiri.

# Salam Satu Tubuh demi Kebaikan Bersama

Tidak ada komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India